"Membaca itu membuka jendela dunia..." Begitulah kira-kira miniatur hebat dari fungsi membaca. Sedari kecil kita diwajibkan membaca, terutama textbook. Jika tidak salah generasi angkatan SD saya (90-an) selalu teringat kalimat "Ini Ibu Budi..." Dengan membaca wawasan kita akan bertambah, daya ingat kita akan bertambah, literasi kita akan bertambah. Membaca memiliki kekuatan mengubah dunia menjadi lebih baik. Bahan bacaan pun saat ini bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing, mulai dari novel, cerpen, komik, buku, jurnal, koran, blog, sosial media. Ya, karena kita semua ini dari jaman dahulu terbiasa membaca text (text = tulisan). Dari jaman SD saya sudah harus hapal RPUL, atau nama-nama Menteri. Namun membaca bagi saya dan teman-teman SD dahulu adalah sebuah momok, karena apa yang dibaca harus dihafal. Kan yo modyar kalo otak saya tidak mumpuni. Bagi yang tidak kuat membawa text/tulisan dengan kadar yang banyak, maka larinya pasti akan membaca yang lebih bersifat visual, atau ada gambarnya, seperti komik. Judul-judul semacam Tiger wong, Kopingho, Kung Fu Boy, Kenji, pasti menjadi sasaran utama. Pelarian? Bukan, itu merupakan pemuasan hasrat membaca, karena dengan membaca komik, anak kecil seperti saya dulu merasa terhibur dan yang paling penting bertambah wawasan saya tentang "JURUS-JURUS Tiger Wong" guna membela diri saat di bully teman-teman yang berbadan besar.
Bagaimana jika anda dihadapkan pada situasi harus membaca sesuatu yang memiliki unsur visual? Contohnya adalah membaca sebuah foto. Saya yakin teman-teman SD saya tidak ada yang bisa membaca sebuah foto, karena memang tidak terbiasa. Malah bukan terbiasa, tidak pernah sepertinya, karena semenjak dahulu tidak pernah diajarkan bagaimana cara membaca foto.
Apakah yang pertama kali anda lihat dalam sebuah foto? Lalu kemana arah pandangan mata anda? Pada dasarnya anda harus melakukan pengelompokan agar memudahkan membaca foto. Dalam hal ini saya menganalogikan X & Y.
Si X apapun istilah fotografinya (fokus utama, manusia, subject, object, tokoh, model, point of interest dll), harus anda pisahkan dengan si Y, yang apapun itu istilahnya (latar belakang, background, ground, lokasi, dll). Intinya si X berada di Y. Pertanyaan yang sering muncul di kelas saya: Bagaimana kalau si X ada banyak? Seperti foto diatas? Jika X ada banyak, maka bacalah X yang pertama menarik perhatian anda, selanjutnya baca X satu per satu dengan utuh.
X1 (yang sedang berbicara, kiri atas), X2 (dasi merah), X3 (kanan atas), X4 (fotografer paling kiri), X5 (fotografer baju putih), X6 (Fotografer yang sedang termenung), X7 (fotografer paling kanan). Dari sekian banyak X, siapakah yang menjadi pusat perhatian mata anda? Pendapat anda tidak sama dengan pendapat orang lain. Karena anda harus memikirkan aktor apa sajakah yang membuat mata anda melirik kepada X2 misalnya? Warna, gestur, peletakan komposisi, skala, porsi dll. Dari satu X saja, anda bisa membaca dengan beragam pendekatan visual.
Saya tertarik pada si X2, karena dia menggunakan dasi merah, wajahnya juga memerah, tatapan mata dan bahasa tangannya serta mimik mulutnya sangat berbeda dengan yang lain. Jika anda sudah bisa membaca si X, cobalah baca Y. Nahhhh si X2 ini berada di situasi Rapat Pleno, atau semacam itu (tanpa membaca caption), karena beberapa hal. Y terdiri dari kursi kerja, meja dengan taplak merah, perlengkapan rapat seperti kertas dan ballpoint, name tag, minuman, micropon. Referensi saya, itu adalah sidang pleno. Si X yang lainnya pun juga menguatkan Y, karena beberapa hal, pertama ada di X1 yang sedang berbicara, si X3 mendengarkan si X1 berbicara, X4-7 adalah fotografer.
Rasanya terlalu rumit ya membaca sebuah foto. Seorang penulis harus banyak membaca tulisan-tulisan yang lain agar tulisannya bisa baik. Fotografer juga harus membaca banyak foto agar fotonya kelak juga membaik. Tidak ada salahnya anda berusaha membaca sebuah visual dengan utuh, karena hal ini akan meningkatkan wawasan anda tentang bagaimana cara melakukan apresiasi yang baik. Namun point paling penting dari membaca sebuah foto adalah "ternyata" semua elemen visual yang ada di dalam sebuah foto dapat dibaca, lalu didiskripsikan, lalu diterjemahkan, lalu diasumsikan. Maka berhati-hatilah saat mem-framing sebelum anda menekan shutter.
Fotografer yang paling merugi adalah fotografer yang tidak bisa membaca fotonya sendiri.
Para pembuat visual, bacalah visual!
Salam Cantik
2w_^
0 Response to "Bacalah!"
Posting Komentar