“Mommmiiiieee, look at this lollies, not that lollies mom. I love this lolipop, would you like to buy it for me please?” Tanya seorang bocah kecil kepada ibunya di supermarket. “Ok my dear, but you must promise me to share this lollies with your sister…” jawab ibunya. Mendengar percakapan singkat tersebut, saya jadi penasaran mengapa si bocah tersebut memilih lollipop tersebut. Saya membandingkan beberapa kemasan permen loli yang lain. Ternyata lolipop yang dipilih si bocah tadi memiliki kemasan yang lebih meriah, karena warna-warni. Bungkus lolinya pun juga lucu, dan nge-jrenk. 2 point yang sungguh akan menarik perhatian anak-anak. Kompetisi ketat saat ini menyelimuti industri kembang gula, mengingat pada tahun 1990-an, permen yang saya kunyah itu hanya sebatas Sugus, Mentos, Yosan Gum, Permen susu cap Kelinci. Banyaknya produk serupa membuat satu brand ingin lain daripada yang lain. Baik itu kemasan, rasa serta bentuknya bahkan taglinenya. Masihkah ingat dengan tag line permen berikut: “Dingin-dingin empuk…”
Dari sedikit gambaran di atas, sesuatu yang UNIK pasti akan mendatangkan kostumer atau klien. Sama halnya dengan industri fotografi. Di saat jumlah fotografer semakin banyak, maka yang terjadi adalah akan hadir serangan visual di internet dengan jumlah yang masif pula. Namun ke”masif”an tersebut diiringi dengan sebuah kata kunci UNIK? Jawaban saya adalah tidak. Hanya segelintir foto saja yang memang benar-benar unik di mata saya, karena porsi foto yang di unggah di internet lebih banyak karena manusia ingin berbagi foto dokumentasi pribadi. Fenomena sharing foto memang unik semenjak social media bermunculan. Lebih unik lagi adalah bagaimana social media bisa mengubah perilaku dan sikap manusia untuk saling berbagi di internet bahkan berbagi sesuatu hal yang bersifat pribadi.
Jika anda berdiri diantara 100 orang yang berbaju merah, dan hanya anda sendiri yang menggunakan baju Hijau, saya yakin 99 orang akan mengingat anda karena anda lain dari yang lain. Menjadi fotografer yang lain dari yang lain tidak semudah yang anda bayangkan seperti contoh tadi. Mencapai kata UNIK dalam fotografi tentu membutuhkan proses yang cukup panjang. Mulai dari penelitian, pengumpulan data, mengembangkan ide, sampai tahap eksekusi. Beberapa hal yang bisa anda lakukan menuju keUNIKan:
- identifikasi kekuatan foto anda. Tidak ada yang lebih indah daripada mengetahui kelebihan diri sendiri, dengan kata lain bersyukur atas bakat atau talenta yang ditanamkan oleh sang Pencipta kepada anda. Semakin anda tahu dimana letak keunggulan foto anda, pasti semakin mudah untuk menentukan ke”UNIK”an anda.
- Berkacalah. Anda perlu melihat kembali foto-foto yang pernah anda hasilkan, baik yang untuk klien maupun dari project pribadi. Tanyakanlah kepada diri anda sendiri “Apakah foto-foto ini UNIK? atau biasa saja? Atau sama dengan fotografer yang lain?” Jika belum menemukan unsur UNIK dalam karya-karya sebelumnya, maka anda harus melakukan resolusi untuk mencapainya.
- Penelitian. Tidak bisa dipungkiri dengan melihat karya foto dari orang lain akan menginspirasi kita membuat sebuah sajian visual yang baru, meskipun sedikit atau hampir sama dengan foto yang kita referensi. Kombinasi antara foto referensi dengan style anda sendiri akan menghasilkan karya yang bisa dikatakan UNIK.
- Berpikir gila. Mengapa harus gila? Bukan gila secara harfiah, namun membuat sebuah gebrakan yang membuat banyak orang shock. Semacam shock terapi, namun dihadirkan dalam industri fotografi. Kerap kali ide yang gila terwujud menjadikan seorang fotografer lebih dikenal di dunia maya.
- Terus berkarya. Ini adalah kewajiban anda sebagai seniman visual, khususnya di dunia fotografi. Berkarya enaknya dibuat seperti makan pagi siang malam. Jika tidak berkarya anda harus merasa lapar karya. Jika terlalu banyak berkarya, andapun akan kekenyangan karya. Ritme berkarya tergantung anda sendiri kok.
- Tag line. Tuliskan keUNIKan fotografi anda dalam sebuah tag line, yang jelas jangan “dingin-dingin empuk” ya. Tagline ini merupakan garis besar ke-UNIK-an anda, panduan anda ketika berkarya.
Tujuan akhir dari sebuah kata UNIK adalah menjual jasa fotografi anda. Nilai yang terkandung dalam sebuah keunikan adalah ingatan yang dihadirkan foto yang unik tersebut. Unique Selling Proposition/Point (USP) merupakan salah satu senjata dalam marketing yang mempunyai tujuan untuk menunjukkan kepada calon klien potensi yang anda miliki. Nilai jual dari potensi anda harus dijabarkan secara jelas dan tertulis. Apakah yang keunikan dari fotografi anda, dari diri anda sendiri, yang kemudian bisa menarik minat calon klien.
Di kelas Professional Practice, saya diberi assessment untuk menjabarkan USP ini. Dari assessment ini saya menengok ke belakang untuk mencari tahu kekuatan saya di industri fotografi, genre apa yang saya pilih untuk hidup dari fotografi, membuat list job apa saja yang pernah saya dapatkan, bagaimana style fotografi saya, sampai mengidentifikasi bagaimana kepribadian saya berkaitan dengan fotografi. Saya berharap anda bisa menemukan ke-UNIK-an anda dalam dunia fotografi, sehingga dunia kreatif fotografi Indonesia akan semakin berwarna.
Salam UNIK
2w_^
0 Response to "Unique Selling Proposition/Point untuk Fotografer"
Posting Komentar