Angka, Kreatifitas dan Fotografi

Kreatif itu kemampuan untuk mencipta, berhubungan erat dengan rasa dan selera. Buah kreatifitas bisa bermacam-macam, bukan sekedar berupa wujud, seperti lukisan, foto, patung dll, namun juga bisa berupa buah pikiran serta perilaku. Yang menjadi pertanyaan adalah buah kreatifitas ini apakah mampu dinilai secara matematik?

Masih teringat di benak saya, saat kelas 2 SMP (tahun 1997 kalau tidak salah) ada pelajaran Kesenian. Dalam pelajaran Kesenian terdapat materi menggambar. Setiap kali disuruh menggambar, saya selalu menjadi murid yang terakhir menyelesaikan satu gambar. Satu buku gambar nilainya jelek semua. Rata-rata 5, sedang teman-teman saya yang bakat menggambar selalu dapat nilai 8 ke atas.  Saat THB *tes hasil belajar* (entah namanya sekarang apa), kami sekelas disuruh menggambar perahu di samudra. Diberi waktu 2 jam untuk menggambar, keringat lebih gede dari jagung pun bercucuran deras di wajahku yang dulu masih imut. Dengan rasa sedikit dongkol saya menyelesaikan gambar perahu saya, beruntung guru saya memberi nilai 6, dan seperti biasa teman-teman mendapat nilai 8 keatas. Hasil akhirnya adalah nilai 6 di "Rapot" saya. Hufffttt, oke saya memang tidak bakat menggambar, bahkan sampai sekarang pun saya tidak bakat menggambar. Saya jadi berpikir kok bisa sebuah hasil kreatifitas dinilai secara matematik, yaitu sebuah angka.

Mengapa kurikulum pendidikan kita sangat terpaku pada sebuah angka statistik. Seakan sudah mengakar sampai ke perut bumi lho, ga bisa di cabut bung. Ada apa ini? lalu apa hubungannya dengan dunia kreatif serta fotografi? Saya mempunyai pengalaman buruk mengikuti sebuah lomba foto tentang Cinta Budaya Indonesia. Saya mengirim foto topeng Malang. Kebetulan foto saya masuk dalam 3 besar, karena ketentuannya hanya ada 1 pemenang, maka pemenang akan ditentukan dengan cara voting dari penunjung website tersebut. Semacam banyak-banyakan yang nge-like gitu. Oke dehh, foto saya masuk sampai 2 besar. Saya yakin menang karena saingan saya fotonya secara teknis sangat biasa dan secara tematik dia kurang kuat, dia motret orang jualan batagor di Bandung. Apa yang terjadi coba? Foto saya kalah jauh dalam perolehan like. Dia memperoleh ratusan like, sedangkan saya hanya puluhan. Otomatis, foto batagor tersebut akhirnya menang bung. Betapa panas dan dongkolnya hati ini, secara komposisi, teknis, tema, etika, serta estetika foto saya hampir 100% menang jika dibanding foto orang jualan batagor di siang bolong. Lagi-lagi saya dikalahkan dengan sebuah angka statistik yang tidak ada hubungannya dengan kreatifitas saya.

Beberapa minggu yang lalu saya dan Jack, teman sekelas saya membahas tentang website 500px. Website tersebut merupakan wadah untuk berbagi foto dari berbagai genre. Jack menunjukkan salah satu foto yang dia rasa kurang bagus (jika dibanding landscape lainnya di 500px yang jauh lebih WOW), namun karena mendapat apresiasi alias LIKE yang sangat masif, foto tersebut masuk dalam kategori Popular. Jack merasa janggal, jangan-jangan ada permainan dibalik pemilihan foto tersebut. Saya sebenarnya tidak begitu mempermasalahankan hal tersebut, terserah mereka. Namun lagi-lagi statistik memiliki peran serta yang sangat besar.

Jaman sekarang mata kita benar-benar di bombardir dengan sajian visual yang sungguh masif. FB, Twitter, Flickr, 500px, 1x, behance, Tumblr, WP dll sungguh membuka jendela visual, jendela kreatifitas yang dibagi kepada manusia di seluruh dunia. Masih adakah tempat untuk memijakkan kretifitas di dunia fotografi yang tidak berkutat dengan angka serta statistik? ADA, di GALERI. Di galeri bisa jadi karya kita akan mendapat apresiasi yang tidak berdasar sebuah simbol jempol dan angka, namun berdasarkan rasa. Monggo tuangkan unek-unek anda di kolom komentar.

Salam kreatif
2w_^

0 Response to "Angka, Kreatifitas dan Fotografi"

Posting Komentar

Entri Populer