Self Identify: Fotografer, mari berkaca yukk!!


Apa jadinya kalo di dunia ini terdapat begitu banyak fotografer? Inilah yang saya obrolkan dengan Jacob, teman satu angkatan saya. Dia menganalogikan bahwa industri fotografi saat ini ibarat jamur, berkembang sangat cepat. Disatu sisi permintaan akan kebutuhan visual meningkat seiring dengan berkembangnya medium untuk menampilkan foto, disisi lain jumlah fotografer juga sangat banyak. Jumlah lulusan sekolah Photo-Imaging di Sydney rata-rata 50 orang per 3 bulan. Jika dihitung dalam satu tahun maka ada 200 fotografer yang lulus dari satu institusi fotografi. Bayangkan saja jika 200 orang ini serius menampaki hidup sebagai fotografer. Betapa sengit persaingan dari tahun ke tahun. 

Beberapa waktu lalu saya skype dengan teman saya yang calon pengacara. Dia menuturkan bahwa fotografer yang ada di kota Malang kayak kacang goreng. Jumlah yang sangat masif. Kondisi yang membuat risau para pelaku bisnis di bidang fotografi. Banyak keluhan yang muncul seiring menjamurnya jumlah fotografer. Namun semuanya itu bisa diatasi dengan cara yang kreatif bukan? 

Mari kita identifikasi peliknya permasalahan dimana semua orang bisa dikatakan sebagai fotografer begitu mereka memegang kamera DSLR. Untuk itu mari menggunakan 2 kacamata, yaitu:
1. kacamata kostumer: sebagai kostumer, jumlah fotografer yang masif membuat kostumer memiliki banyak pilihan alternatif. Kostumer bebas memilih fotografer. Namun apakah mereka hanya memilih fotografer? TIDAK. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan oleh kostumer, yaitu: Harga. Kualitas. Pengalaman. Gengsi. Reputasi. Jika anda mengeluh dengan menjamurnya fotografer di bumi ini, maka anda perlu menggunakan kacamata kostumer untuk mengidentifikasi gundah gulana anda. 

2. Kacamata diri sendiri: sebagai fotografer, coba anda identifikasi kualitas fotografi anda. Apakah kualitas fotografi anda sama dengan fotografer lain? Jika sama, maka anda harus melakukan sebuah resolusi, baik dari segi bisnis, segi skill maupun segi personal anda. Ada kebiasaan unik yang saya pelajari di sini. Teman-teman saya memiliki minimal satu fotografer idola mereka. Ada yang suka Paolo Rosini, Irving Penn, Joel Grimes, Annie Leibovitz, Mario Testino, Trent Parke, Henri Cartier Bresson, Joey Laurence, Richard Avedon serta fotografer-fotografer kontemporer lainnya. Cobalah melakukan riset, trend apa yang sedang berkembang di industri fotografi di luar negeri. Inspirasi dari orang lain kerap sekali membawa anda mencari sesuatu yang baru, ide baru serta pencitraan visual baru. Pertanyakan juga profesionalisme anda sendiri, baik secara profesi ataupun pribadi. Apakah mengeluh, serta mencibir fotografer baru merupakan tindakan yang profesional? Saya rasa bukan, karena seorang profesional selalu memiliki kemampuan problem solving yang kuat serta insting yang konsisten untuk berinovasi.

Self Identify sejatinya adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah saya. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi hubungan sebab akibat antara industri fotografi dan kemampuan diri sendiri. Dengan menuliskan diskripsi anda saat ini, sebelum ini dan yang akan datang, anda mempunyai gambaran yang jelas dimana posisi anda di dunia fotografi. Singkat kata Self Identify itu ya berkaca dan mencoba mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Para fotografer mari berkaca rame-rame yukkk..

Tetap semangat tetap hangat
2w_^

0 Response to "Self Identify: Fotografer, mari berkaca yukk!!"

Posting Komentar

Entri Populer